![](https://static.wixstatic.com/media/cdc020_b7fc6282ec8348eaba824738f09ca6c3~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_693,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/cdc020_b7fc6282ec8348eaba824738f09ca6c3~mv2.jpg)
Sejak ditemukannya kasus Covid-19 pertama kali di Indonesia pada pertengahan Februari 2020, Indonesia sedang berjuang untuk melawan pandemi virus corona. Tentu perjuangan ini tidak mudah, perlu sebuah pengorbanan. Oleh karena itu, pemerintah telah berupaya untuk menekan jumlah penyebaran Covid-19 di Indonesia dengan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Namun, sangat di sayangkan, PSBB di nilai kurang efektif untuk menekan angka penyebaran Covid-19 di Indonesia. Memang, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dengan hanya menghimbau masyarakat untuk tetap dirumah, perlu kesadaran masyarakat untuk menjaga dirinya, keluarganya, serta lingkungannya agar terhindar dari penularan virus corona.
Untuk postingan kali ini, rekan saya Yosia Debora akan bercerita dan membagikan opininya tentang penyebaran Covid-19 dan situasi yang di alami oleh Indonesia di tengah pandemi.
Bagaimana sih perasaan yang dirasakan ketika kita masih harus bekerja di tengah pandemi Coivd-19? Apa yang ada di pikiran kita ketika melihat perjuangan Indonesia untuk melawan virus corona?
"Sebelum gua tanya tentang persoalan Corona di Indonesia, ceritain dulu dong keseharian lo, lo kerja dimana, naik apa?"
Haiii, nama gue Yosia Debora Debataraja, panggil aja kuproy. Gue salah satu warga negara yang saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19. Gue bekerja di salah satu perusahaan pembiayaan di daerah Jakarta. Semenjak diberlakukannya PSBB di Jakarta, gue jadi salah satu karyawan yang menerapkan pola kerja full work from home. Sebelum perusahaan gue nerapin WFH untuk karyawannya, tentunya gue masih harus bolak-balik rumah-kantor dengan kekhawatiran untuk diri sendiri. Gimana gak khawatir? Gue pengguna transportasi umum yang notabenenya bersinggungan dengan orang banyak yang gue gatau mereka sehat apa enggak. Karena tau sendiri kalau virus Corona ini gak bisa di deteksi dengan mata telanjang. Belum lagi, pas awal virus ini ada, kebanyakan masyarakat anggap remeh dan enggan pakai masker serta cuci tangan pakai sabun. Makin double lah kekhawatiran gue, terutama buat keluarga yang gue tinggal di rumah.
"Gimana pendapat lo tentang PSBB?" Udah tepat belum sih Pemerintah menerapkan PSBB untuk mengatasi pandemi ini?
Sebenarnya penerapan PSBB oleh pemerintah gak salah, ini tindakan tepat. Kenapa gue bilang gini? Ya karena penerapan ini awalnya ditujukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Pemerintah khawatir sama semua warganya (juga anggaran daerah nya) kalau virus ini enggak segera ditangani secara tepat dan cepat. Selain itu bakal ngaruh juga ke pertumbuhan ekonomi. Tapi, ada tapinya. Emang sih, segala sesuatu itu gak ada yang sempurna. Tapi apa salahnya setelah evaluasi, kita ambil pelajaran? Jadi apa yang kurang sesuai dan kurang tepat bisa diperbaiki kedepannya secara konsisten.
PSBB, pemerintah menerapkan aturan ini dan wajib diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa pandang bulu. Tapi disini justru yang jadi titik keresahan, kenapa? Karena ada sebagian masyarakat yang menggantungkan hidupnya diluar rumah, dalam arti mereka gak bisa menerapkan work from home seperti yang dianjurkan pemerintah. Penjual makanan keliling, sopir angkot, ojek online/pangkalan, sopir bajaj, dan masyarakat dengan pekerjaan lain yang gak bisa gue sebutin satu-satu, atau bahkan karyawan swasta yang memang pekerjaannya tidak bisa diselesaikan kalau dirumah saja. Di sisi lain, sebagian masyarakat yang sebenarnya bisa dirumah aja, tapi dengan mengagungkan rasa bosan, akhirnya ada masyarakat yang bertindak tanpa mengindahkan protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Nongkrong, jalan-jalan ke Mall, ngadain acara yang dihadiri orang banyak, dll. Entah memang enggak bisa ngontrol diri atau memang dengan senang hati menyambut virus untuk bersarang di tubuhnya, gak paham juga.
Kalau menurut gue, PSBB itu gak salah. Tapi caranya aja yang kurang tepat dan kurang tegas. Atau bahkan sangat tidak tegas? Karena gue denger dan nonton berita kalau di Bandara ada masyarakat dalam skala besar berkumpul, entah untuk keperluan dinas atau keperluan pribadi yang mengatasnamakan dinas. Hmm, mungkin ada yang lupa bagaimana perjuangan tenaga medis, rasa sakit hati pekerja yang di putus kontrak kerjanya secara tiba-tiba, juga airmata keluarga yang terkena virus corona.
"Pesan lo untuk Pemerintah dan Masyarakat?"
Kalau boleh gue kasih pesan buat pemerintah mungkin gini aja kali ya, "Kami sudah berikan kepercayaan kami kepada kalian, teruslah berjuang untuk bangsa dan negeri ini, bukan untuk diri kalian sendiri. Tunjukkan kalau adil itu bukan sama rata tapi sesuai pada porsinya. Semangat, karena masyarakat sudah banyak yang kecewa. Jangan patah perjuangan di tengah jalan, jangan buat kami berlama-lama dengan ketidakpastian".
Dan buat masyarakat, gue juga punya pesan, "Kita berpijak dengan kaki sendiri, semangat ya untuk menyambung hidup di tengah pandemi ini. Jangan lupa, kebijakan pemerintah bisa berubah manis kalau didukung baik sambil diawasi juga oleh rakyatnya, kita butuh kerjasama".
Itulah tadi hasil obrolan saya di WhatsApp bersama rekan saya Yosia Debora. Semoga postingan ini bisa menemani kalian. Untuk teman-teman yang mau menuangkan opininya bisa kirim komentar kalian juga yaaaa....
Berhubung hari ini adalah hari kemenangan bagi umat Islam, saya menguncapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan batin.
Comments